ILMU SOSIAL DASAR PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI SOSIAL (KELOMPOK 7 KELAS 1KA05)
PERTENTANGAN SOSIAL DAN
INTEGRASI SOSIAL

Dosen : Mutiara,S.Ikom
Kelompok : 7
Anggota :
Anggota :
1.
Aditya //10115197
2.
Riandi
//15115889
3.
Risty
Indriastuti //16115082
4.
Sultan
// 16115730
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “PertentanganSosial dan Integrasi Sosial”
ini dengan baik dan lancar.
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ISBD. Dalam makalah ini akan dibahas
hal-hal yang menyangkut tentang perbedaan kepentingan, prasangka dan
diskriminasi, Ethnosentrisme dan stereotype, konflik dalam masyarakat, serta
integrasi masyarakat dan nasional. Maka dari itu makalah ini cocok dibaca oleh
kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum yang cinta terhadap persatuan dan
kesatuan sebagai warga negara Indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf jika
ada kekurangan kami.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu
bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila
gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi
dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan, apabila
seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk
membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik
daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan
ancaman atau kekerasan.
Di dalam
kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga
diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap,
perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan (politik, ekonomi, kekuasaan). Adat
kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan tali pengikat
kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada dalam keadaan
konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk
menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat. Integrasi dapat berlangsung
cepat atau lambat karena dipengaruhi oleh faktor homogenitas kelompok, besar
kecilnya kelompok, mobilitas geografis, dan efektifitas komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
saja yang terjadi di dalam masyarakat?
2. Mengapa
permasalahan itu terjadi?
3. Apa
yang bisa mengendalikan sehingga permasalahan bisa selesai?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui
masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat.
2. Mengetahui
yang melatarbelakangi permasalahan itu muncul.
3. Masyarakat
bisa menghindari terjadinya permasalahan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pertentangan Sosial dan
Integrasi Masyarakat
Hidup
bermasyarakat yaitu sebuah hubungan antar individu-individu maupun antar
kelompok dan golongan yang terjadi dalam proses kehidupan. Hidup bermasyarakat
juga berarti kehidupan dinamis, dimana setiap anggota masyarakat salaing
berinteraksi. Hubungan antar individu ini pun diikat oleh ikatan yang berupa
norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama para anggota. Norma dan
nilai-nilai inilah yang menjadi alat pengendali agar para anggota masyarakat
tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Solidaritas,
toleransi dan tenggang rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit salah satu
anggota masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Dari
hubungan seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada
kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada
kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai
persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan
dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam
masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pertentangan sosial dan integrita
masyarakat
pertentang
sosial menurut saya adalah suatu konflik yang terjadi didalam suatu lingkungan
masyarakat. Dimana ada suatu kelompok yang tidak menyukai kelompok lain,
sehingga menimbulkan suatu perselisihan diantara mereka. Banyak sekali
pertentangan sosial yang terjadi di Dunia ini. Seperti contohnya perak Irak
yang kunjung selesai, dan kalau menusuri indonesia contohnya GAM (Gerakan Aceh
Merdeka), PT.freepot yang terjadi di Papua.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya pertentangan sosial:
1.
Rasa Iri antara individu,negara, dan masyarakat
2.
Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap
kepemerintahan
3.
Banyak adu
domba antara politik,agama,suku serta budaya
INTEGRASI
SOSIAL
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai
sebagai proses penyesuaian di
antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana
kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap
kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan
mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu : Pengendalian
terhadap konflik dan penyimpangan social dalam suatu sistem sosial tertentu
Golongan-Golongan
yang BerbedadanIntegrasiSosial
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan
golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan
Negara Indonesia.Masyarakat majemuk dipersatukan oleh system nasional yang
mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi,
dan sosial.Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsadan Kebudayaan,
Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara masyarakat
yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat
majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan
(Bhineka Tunggal Ika),
berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan.
Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
1. Tuntutan penguasaan
atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
2. Isu asli tida
kasli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antara warga negara
Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab)
3. Agama,
sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
4. Prasangka nyang merupakan
sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu
Pertentangan Sosial
Pertentangan
sosial merupakan suatu penyimpangan yang biasanya didasari oleh kesalah
pahaman. Pertentangan sosial dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari sebagai
contohnya : tawuran, peperangan antar suku dan juga kekerasan dalam rumah
tangga semua , semua itu hanya ingin memuaskan keegoisan masing-masing yang
ingin memenangkan dirinya sendiri.
Makna Ketegangan
Dalam Masyarakat
Konflik
(pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari
pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan
yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar
yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu :
1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat di dalam konflik.
2. Unti-unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan.
3. Terdapatnya
interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada
lingkungan yang luas yaitu masyarakat, yaitu :
Ø Pada
taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan,
ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistik didalam
diri seseorang.
Ø Pada
taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri
individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam
tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk
menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
Ø Pada
taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai
dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang
bersangkutan berbeda. Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta
minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun cara-cara
pemecahan konflik tersebut adalah :
1. Elimination
yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn
diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami
membentuk kelompok kami sendiri.
2.
Subjugation
atau domination artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
3.
Majority
Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4.
Minority
Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan
kegiatan bersama.
5.
Compromise
artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha
mencari dan mendapatkan jalan tengah
6.
Integration
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi
semua pihak
Prasangka Diskriminasi dan
Ethosentris
Prasangka dan diskriminasi dua hal yang ada
relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan,
perkembangan, dan bahkan integrasi masyarakat. Kerugian prasangka melalui
hubungan pribadi dan akan menjalar bahkan melembaga (turun-temurun). Jadi
prasangka dasarnya pribadi dan dimiliki bersama. Perbedaan terpokok antara
prasangka dan diskriminatif adalah prasangka menunjukkan pada aspek sikap,
sedangkan diskriminatif pada tindakan. Sikap adalah kecenderungan untuk
berespons baik secara positif atau negatif terhadap orang, obyek atau situasi.
Dalam
konteks realitas, prasangka diartikan: “Suatu sikap terhadap anggota kelompok
etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi.
Diskriminatif merupakan tindakan yang realistis”. Dapat disimpulkan bahwa
prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan, pengertian dan fakta
kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan atau pribadi, dan tidak
menyadari atau insyaf akan kerugian yang bakal terjadi. Tingkat prasangka itu
menumbuhkan jarak sosial tertentu di antara anggota sendiri dengan anggota
kelompok luar.
Sebab-sebab terjadinya prasangka:
Ø Pendekatan
Historis
Pendekatan ini berdasarkan teori
pertentangan kelas, menyalahkan kelas rendah di mana mereka yang tergolong
kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
Ø Pendekatan
Sosiokultural dan Situasional
a. Mobilitas
sosial: gerak perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya
kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan
mengenai nasib buruknya.
b. Konflik
antara kelompok: prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing.
c. Stagma
perkantoran: ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda”
yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
d. Sosialisasi:
prasangka muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses
sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
Ø Pendekatan
Kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai
penyebab prasangka, disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan
frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
Ø Pendekatan
Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada bagian individu
memandang atau mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang
menyebabkan prasangka.
Ø Pendekatan
Naïve
Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak
menyoroti individu yang berprasangka.
Prasangka
bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa berdasarkan
generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah dan dibarengi proses
simplifikasi (terlalu menyederhanakan terhadap suatu realita). Sikap
berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada
pengalaman atau apa yang di dengar.
Ethnosentrisme yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan orang
lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Sikap ini dianggap
bahwa kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya.Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya menuturkan,
“Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu
kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan
kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk
penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan
kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung
melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling
baik, sebagai yang paling bermoral.”
Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara
dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara
kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis
dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima.
Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota penerima karena ia
patut untu menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuatnya
bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol agar para anggota
masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu.
Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti
kuatnya ikatan itu. Pada diri setiap anggota terkandugn makna adanya saling ikut merasakan dan
saling bertanggungjawab paa setiap sikap tindak baik megnarah kepada yang hang
positif maupun negative. Sakit anggota masyarakat satu akan dirasakan oleh
anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi, disisi lain keadaan
akan menjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi.
Bukan keadaan organisasi tetapi disorganisasi.
Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi
tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi
juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui
pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya
hujan setengah hari, karena sebagus-bagus nya gading akan mengalami keretakan.
Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan-kegoyahan
yang terkadang keaaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.
Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.
Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping
adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada
kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama,
kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
Perbedaan Kepentingan
Kepentingan
merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Tingkah laku individu merupakan
cara atau alat dalam memenuhi kepentingannya. Ada 2 jenis kepentingan
dalam diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
sosial/psikologis. Perbedaan kepentingan itu antara lain:
1. Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan
individu untuk memperoleh potensi dan posisi.
5. Kepentingan
individu untuk membutuhkan orang lain.
6. Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
7. Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8.
Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
Integrasi Masyarakat dan Nasional
Pada
hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua
unsure masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan
politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk
tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan tujuan
nasional dimasa depan untuk kepentingan bersama.
Proses
integrasi disebabkan adanya, kebersamaan sejarah, ada ancaman dari luar yang
dapat mengganggu keutuhan NKRI, adanya kesepakatan pemimpin, homogenitas social
budaya serta agama ,dan adanya saling ketergantungan dalam bidang politik dan
ekonomi.
Integrasi mempunyai dua dimensi, antara lain: integrasi horizontal dan
integrasi vertikal. Dimensi vertical dalam integrasi nasional bertujuan
mengintegrasikan persepsi dan prilaku elite dan masa dengan cara menghilangkan,
mengurangi perbedaan kesenjangan antara kelompok yang berpengaruh dengan yang
dipengaruhi. Sedangkan dimensi horizontal mengintegrasikan antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat, dengan cara menjembatani
perbedaan–perbedaan yang ditimbulkan oleh factor-faktor teritorial/kultur dengan mengurangi
kesenjangan yang ditimbulkan oleh factor-faktor tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di setiap
masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau permasalahan
permasalahan, di antaranya:
1.
Perbedaan Kepentingan: ada 2 kepentingan dalam diri
individu, yakni kepentingan biologis dan kepentingan sosial/psikologis.
2.
Prasangka dan Diskriminatif: prasangka yang
menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan.
3.
Ethnosentrisme dan StereotypeEthnosentrisme :
kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya.
4.
Stereotype : gambaran dan anggapan jelek.
5.
Konflik dalam kelompok: Suatu tingkah laku yang
dibedakan emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya.
Cara pengendalian dari permasalahan-permasalahan di
atas, yaitu melalui integrasi masyarakat dan nasional, yang mengandung
pengertian:
Ø Integrasi
Masyarakat : Adanya kerjasama dari seluruh anggota
masyarakat.
Ø Integrasi
Nasional : Organisasi-organisasi
formal melalui mana masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang.
B.
Saran
Makalah yang
ditulis ini tentunya sangat jauh dari nilai kesempurnaan. Meskipun demikian
penulis tetap menyarankan kepada para pembaca, agar dalam menjalani kehidupan
sehari-hari selalu melihat konflik maupun pertentangan-pertentangan yang
bersumber dari perbedaan secara logis dan realistis, sehingga tidak menimbulkan
konflik yang lebih besar yang dapat mengarahkan kita pada perpecahan dalam
berbangsa. Semoga makalah yang sederhana ini memiliki manfaat bagi penulis
khususnya dan seluruh pembaca pada umumnya.
CONTOH GAMBAR PERTENTANGAN SOSIAL
DAN ITEGRASI DALAM MASYARAKAT
Komentar
Posting Komentar